Kamis, 08 Desember 2011

askep imunisasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak yang sehat merupakan impian setiap orang tua, namun untuk mewujudkan anak yang sehat diperlukan berbagai usaha dan perhatian dari orang tua. Apalagi dewasa ini angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita cukup tinggi (Widjaja, 2002). Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Padahal penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan terhadap bayi dan balita melalui imunisasi.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit-penyakit tertentu ( Soekidjo Notoatmojo, 1997 ). Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak.  Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.  Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.
Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi . Yakinlah bahwa dengan membawa bayi untuk melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab sorang tua.  Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak.  Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.
Imunisasi dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas , bkia / rumah bersalin, pos yandu, praktek dokter swasta (terutama dokter specialis anak)
Peran perawat dimasyarakat untuk mempromosikan program imunisasi ini dengan harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umumnya dan bayi/ balita khususnya.
1.2 Masalah
  • Kurangnya pengetahuan ibu dan perawat tentang jenis-jenis, cara, dan manfaat imunisasi pada anak
  • Kurang meratanya imunisasi dan jadwal imunisasi di semua tempat di Indonesia
  • Kurangnya perhatian keluarga dan pemerintah dalam imunisasi
  • Pelaksanaan imunisasi yang belum optimal di masyarakat
1.3  Tujuan
  1. Tujuan Umum
  • Untuk meningkatkan pengettahuan Ibu khususnya dan perawat tentang pengertian imunisasi, jenis-jenis imunisasi, cara pemberian imunisasi, jadwal pemberian imunisasi,  manfaat imunisasi, dan efek samping imunisasi.
  • Meningkatkan kesadaran Ibu khususnya dan masyarakat umumnya akan pentingnya imunisasi pada anak
  1. Tujuan Khusus
  • Ibu membawa anaknya untuk imunisasi sehingga jumlah anak yang diimunisasi meningkat
  • Terjadinya pemerataan imunisasi dan meningkatkan perhatian pemerintah dalam hal imunisasi pada anak
  • Ibu melaporkan jika terjadi sesuatu yang berhubungan dengan imunisasi pada anaknya
  • Terjadi peningkatan kesehatan anak yang telah diimunisasi
  • Meningkatnya kemampuan perawat dalam pemberian imunisasi  pada anak





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Imunisasi  / Vaksinasi
Imunisasi / vaksinasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Macam-macam  imunisasi ada dua macam:
1. Imunitas Aktif : Didapat secara alami : Tubuh anak akan membuat sendiri anti bodi setelah diberi suntikan antigen, kekebalan yang didapat akan
Ø  bertahan selama bertahun- tahun.
2. Imunitas Pasif :Tubuh tidak membuat sendiri anti boodi tetapi mendapatkannya dengan cara penyuntikan serum yang telah mengandung anti bodi, kekebalan yang diperoleh biasanya akan berlangsung selama 1-2 bulan
Ø  Reaksi atopik : terjadi beberapa menit- beberapa jam (Shock, gatal diseluruh tubuh, pucat, sianosis, kejang- kejang, kematian )
Ø  Serum Sicknes : terjadi  + 6- 24 hari
2.2 Jenis , Cara Pemberian Dan Tempat Imunisasi
1.      Imunisasi Polio
  • Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah
  • Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.
  • Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
  • Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu
  • Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
  • Anak diare akibat gangguan penyerapan vaksin.
  • Ada 2 jenis vaksin
    • IPV salk
    • OPV sabin  IgA lokal
    • Penyimpanan pada suhu 2-8°C
    • Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin
    • Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen
2.      Imunisasi DPT
Terdiri dari
  • toxoid difteri yaitu racun yang dilemahkan
  • Bordittela pertusis yaitu bakteri yang dilemahkan
  • toxoid tetanus yaitu racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat
  • Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya
  • Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.
  • Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
  • Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
  • Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.
3.      Imunisasi Campak
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.
  • Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.
  • Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
  • Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius
  • Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C
  • Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian
2.3 Penyimpanan Vaksin
Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974. Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan  rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974. Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan  rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 2 ºC s/d  + 8 ºC.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa.
Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas.
Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut:
a.         Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0ºC (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT
b.          Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak.
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini, ada berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Temperatur Monitor (TTM).
Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.
Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu
Suhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini dapat dilihat dari keterangan seperti pada tabel di bawah ini:
Vaksin Sensitif Beku
a. Suhu terlalu dingin
Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu – 0,5 ºC dapat bertahan selama maksimum ½ jam dan DPT, DT, TT pada suhu – 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan selama maksimum  1,5 – 2 jam.
b. Suhu terlalu panas
Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30 hari.


Vaksin Sensitif Panas
Sementara Poliobeberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa ºC diatas suhu udara luar  dapat bertahan 7 hari.
Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.
Beberapa Catatan Penting
Paparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vaksin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial Monitor (VVM) dimana untuk vaksin dari Departeman Kesehatan RI sudah ditempelkan pada semua kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna ungu dengan segi empat didalamnya yang berwarna putih pada VVM A.
Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah berwarna ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti lingkaran diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada lingkaran diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan tidak boleh digunakan lagi.
Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing vaksin tersebut memiliki titik beku tersediri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu -0,5 ºC, sedang vaksin DPT, DT Dan TT akan beku pada suhu -5 ºC.
Vaksin yang tidak rusak oleh paparan suhu beku adalah Polio, Campak dan BCG.
Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat yang sensitif terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -0 ºC akan terlihat pada monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk Freeze tag.
Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8 ºC sedang freezer yang ada hanya diperuntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu).Untuk pendistribusian vaksin ke lapangan seperti posyandu sebaiknya menggunakan air dingin (cool pack) dan bila situasinya mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau jauh, sebaiknya vaksin diatur berdasarkan sensitifitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin yang berbeda.
Kini Vaksin Bisa Awet Tanpa Kulkas
Untuk menjaga kestabilan organisme yang hidup di dalam vaksin, temperatur tempat penyimpanan vaksin perlu dijaga. Masalahnya, untuk negara sedang berkembang dan miskin seperti di Afrika dan juga pelosok Indonesia, yang penyediaan listriknya kurang memadai, kestabilan vaksin kurang bisa dipertanggungjawabkan.
Para ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris, baru-baru ini memublikasikan cara penyimpanan vaksin agar tetap hidup tanpa harus disimpan di lemari es. Hasil riset ini diharapkan bisa meningkatkan luas cakupan imunisasi di daerah terpencil.
Para peneliti menggabungkan vaksin dengan dua tipe gula sebelum perlahan-lahan dikeringkan dalam kertas filter. Hal ini akan mengawetkan vaksin sehingga bila sewaktu-waktu dibutuhkan dapat langsung diaktifkan. Gula yang dipakai adalah jenis sukrosa dan trehalose yang biasa digunakan dalam bahan pengawet.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Science Translational Medicine, para ilmuwan tersebut mengatakan, dengan metode tersebut, mereka sanggup menjaga kestabilan vaksin dalam suhu 45 derajat selama enam bulan.
Bila kita bisa mengubah standar penyimpanan vaksin menjadi cara ini, berarti kita bisa menghemat biaya pengiriman karena vaksin bisa tahan dalam suhu ruangan. Jumlah anak yang bisa mendapat imunisasi pun lebih banyak. Teknologinya sederhana dan murah,” kata Profesor Adrian Hill, ketua peneliti.
Dia menambahkan, hasil riset yang dilakukan timnya cukup meyakinkan karena ia menggunakan virus hidup. “Karena kami menggunakan vaksin yang butuh perhatian ekstra, maka metode ini seharusnya juga bisa dipakai untuk vaksin yang mengandung protein mati,” katanya.
Anggota penelitian lain, Dr Matt Cottingham, mengatakan, karena tidak diperlukan lemari pendingin, bukan tidak mungkin nantinya vaksin bisa disimpan di tas ransel dan dibawa ke pelosok desa.
“Kini tinggal mengembangkan teknik ini dan mencobanya di Afrika untuk mengetahui apakah bisa diperbanyak oleh industri. Kami perkirakan dalam waktu 5 tahun akan ada perubahan besar dalam penyimpanan vaksin,” papar Hill.
2.4 Persiapan Sebelum Imunisasi
Sebulan sebelum waktu pelaksanaan perlu disampaikan pesan-pesan kepada masyarakat antara lain:
  • Pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita
  • Mempersiapkan jadwal pelaksanaan dan tempat-tempat/pos kapsul vitamin atau vaksin dan pelayanan imunisasi campak (pakai poster “Pos Vaksin X” yang telah dikirim)
  • Bawa anti anafilaktik untuk  mengatasi bila terjadi anaphylactic shock karena imunisasi
Pada hari H-1 semua sarana pelayanan telah mendistribusikan:
  • Data sasaran balita (alamat, nama ayah, nama ibu, tanggal lahir, umur).
  • “Undangan “ kepada sejumlah sasaran yang telah terdata.
  • Kapsul vitamin/ vaksin sebanyak 125 % jumlah sasaran.
  • Pakai kapsul vitamin/ ampul vaksin yang diterima lebih awal terlebih dahulu, perhatikan tanggal kadaluwarsa.
  • Alat suntik sesuai jumlah sasaran. Perhatian, Alat suntik ini bersifat sekali pakai (autodestruct), maka torak tidak boleh ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi
  • Vaksin campak sesuai kebutuhan , dengan perhitungan jumlah vial sama dengan jumlah sasaran dibagi 8 (untuk vial 10 dosis).
  • Vaksin campak harus disimpan didalam termos berisi es dengan suhu berkisar 2-8 °C
  • Insenerator/kotak karton untuk memusnahkan alat suntik bekas pakai.
  • Format pelaporan yang akan digunakan
Cara Pencatatan dan Pelaporan
Khusus untuk kegiatan keterpaduan ini, menggunakan laporan seperti contoh format terlampir. Hasil cakupan imunisasi dan vitamin A selanjutnya direkap di Puskesmas dan dilaporkan melalui SP2TP.
Apa Yang Dilakukan terhadap Sisa Kapsul dan Vaksin?
  • Sisa kapsul vitamin/vaksin, dapat disimpan sesuai dengan tanggal kadaluwarsa yang tertulis di botol kapsul.
  • Sisa kapsul dicatat dalam pencatatan logistik dalam laporan obat.
  • Semua vaksin yang masih utuh dibawa kembali ke puskesmas dalam termos berisi es batu.
  • Semua botol vaksin kosong dan vaksin sisa dibawa kembali ke Puskesmas untuk dimusnahkan setelah dihitung.













BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi itu sangat penting untuk mrngurangi mortalitas dan morbiditas pada anak. Imunisasi yang penting bagi anak itu ada 5 macam yaitu DPT, Polio, dan campak. Masing-masing imunisasi itu berguna untuk mencegah penyakit dan menghindari infeksi pada anak.
Sebelum melakukan imunisasi diperlukan persiapan yang optimal baik persiapan alat maupun persiapan teknis terutama penyampaian pentingnya imunisasi pada masyarakat. Dalam pelaksanaannya dibutuhkan kerja sama dari semua pihak.
Setiap pemberian imunisasi dapat dilakukan pada beberapa tempat, tergantung imunisasi yang diberikan. Misalnya polio melalui oral, DPT melalui suntikan paha, dan campak di lengan (deltoideus).
Penyimpanan vaksin dapat dilakukan tanpa kulkas. Misalnya dengan cara menggabungkan vaksin dengan dua tipe gula sebelum perlahan-lahan dikeringkan dalam kertas filter. Hal ini akan mengawetkan vaksin sehingga bila sewaktu-waktu dibutuhkan dapat langsung diaktifkan. Gula yang dipakai adalah jenis sukrosa dan trehalose yang biasa digunakan dalam bahan pengawet.

3.2  Saran
Berdasarkan isi dari makalah banyak kekurangan yang terdapat pada isi yang dijelaskan dan bahasa yang di gunakan penulis sebagian besar masih teksbook. Hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman dari penulis.
Hendaknya dimasa yang akan datang diharapkan para penulis dan penerus selanjutnya  lebih memahami lagi terhadap materi yang akan dibuatnya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar